EKSTRAKSI ALUMINIUM DARI ZEOLIT ALAM SUMBAWA SEBAGAI BAHAN DASAR SINTESIS ɣ-Al2O3
Sintesis alumina telah banyak dilaporkan dari berbagai
material seperti bauksit, kaolin, abu batu bara
namun tidak dengan zeolit. Zeolit adalah kelompok mineral yang kandungan
utamanya adalah silika dan alumina, sehingga memiliki potensi untuk dijadikan
sebagai bahan dasar sintesis alumina. Disisi lain, metode untuk sintesis
alumina umumnya menggunakan metode basa atau lebih dikenal dengan proses Bayer.
Metode basa atau proses Bayer telah digunakan untuk memisahkan alumininium dari
bijih Nepheline dan bauksit dengan
mengkontrol suhu pelindihan. Namun dalam proses Bayer ini terdapat batas dimana jumlah kandungan silika dari minerial tidak boleh
melebihi 10%. Lain dengan proses bayer, metode asam yang dilanjutkan dengan
proses presipitasi dapat memisahkan silika ataupun pengotor lainnya dengan
alumina meskipun kandungan silika melebihi 10%, seperti pada zeolit alam yang
memiliki kadar silika diatas 50%. Mineral zeolit alam dalam peneltian ini
berasal dari pulau Sumbawa.
Sebagai daerah yang terkenal dengan
kekayaan mineral, Sumbawa memiliki mineral zeolit alam yang telah ditetapkan
sebagai sumber aluminium selain bauksit. Kandungan silika dari zeolit alam yang
tinggi sekitar 54.6% dan 21.1% alumina, dapat disintesis dengan metode
pelindihan dilanjutkan dengan presipitasi. Metode ini dapat dilakukan dalam
sekala laboratorium, tidak membutuhkan peralatan yang rumit dan ekonomis.
Jenis
pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut :
·
Metalografi
Menganalisis permukaan material dan analisi pembentukan logam
·
NDT (Non-Destrucktive Test)
Tidak merusak material pada saat dilakukan pengujian
·
Statik
Untuk mengetahui kekuatan material pada saat pengujian
Proses
karakterisasi atau pengujian untuk menguji hasil dari ekstraksi dapat
menggunakan metode karakterisasi XRD,
XRF, SEM, dan FTIR.
1.
Pengujian XRF
Analisis XRF (X-ray fluoresen)
merupakan suatu metode analisa komposisi kimia pada suatu material tanpa
preparasi sampel rumit (non-destruksi). Teknik pengujian ini banyak digunakan
dalam analisa batuan karena membutuhkan sampel yang relatif kecil (sekitar I
gram). Teknik ini juga dapat digunakan untuk mengukur unsur-unsur yang terutama
banyak terdapat dalam batuan atau mineral. Sampel yang digunakan biasanya berupa
serbuk hasil penggilingan atau pengepressan menjadi bentuk film.
2.
Pengujian XRD
X-ray diffraction atau Difraksi sinar-x merupakan alat yang digunakan untuk menentukan fase atau struktur
kristal dari suatu matarial padatan.
3.
Pengujian SEM (Scanning
Electron Microscope)
Scanning electron microscope (SEM) adalah salah satu jenis mikroskop elektron yang menggambar spesimen dengan memindainya menggunakan
sinar elektron berenergi tinggi dalam scan
pola raster. Elektron berinteraksi dengan atom-atom sehingga spesimen
menhasilkan sinyal yang mengandung informasi tentang topografi permukaan
spesimen, komposisi dan karakteristik lainnya seperti konduktivitas listrik.
4.
Pengujian FTIR
Spektroskopi FTIR adalah teknik
pengukuran untuk mengumpulkan spektrum inframerah. Energi yang diserap sampel
pada berbagai frekuensi sinar inframerah direkam, kemudian diteruskan ke
interferometer. Sinar pengukuran sampel diubah menjadi interferogram.
Perhitungan secara matematika Fourier
Transform untuk sinyal tersebut akan
menghasilkan spektrum yang identik pada spektroskopi
inframerah.
Berikut merupakan diagram
alir sintesis ɣ- Al2O3 dari Zeolit alam Sumbawa
|
Pemisahan aluminium dari mineral
zeolit alam dalam penelitian ini menggunakan metode pelindihan dimana zeolit
alam dilarutkan dalam larutan HCl. Berikut penjelasan tentang beberapa hasil pengujian
dari pemisahan aluminium :
Berikut
merupakan gambar larutan saat leaching dan hasil setelah pengendapan. Gambar
berikut menunjukan menunjukan hasil larutan
pelindihan pada penelitian ini, warna larutan yang kekuningan menjelaskan bahwa
beberapa logam oksida akan terkonversi menjadi AlCl3, FeCl3 sehingga larutan tersebut
masih mengandung besi yang terlarut selain aluminium. Sedangkan silikon oksida
tidak larut atau menjadi endapan disebabkan karena energi permukaan silikon
oksida tidak cukup untuk beraksi dengan HCl. Setelah itu, larutan didiamkan dan
didinginkan pada suhu kamar. Larutan suspensi yang dihasilkan dipisahkan dengan
cara di filter menggunakan kertas saring.
Pada gambar tersebut menunjukan larutan
kontrol pH basa untuk memisahkan kandungan besi dalam larutan dengan menambahkan
NaOH 5 M sampai pH 14. Warna larutan pada gambar tersebut berwarna kecoklatan,
hal ini menjelaskan bahwa besi telah terpisah atau mengendap dari larutan.
Endapan yang terbentuk dalam larutan ialah Fe(OH)3 dipisahkan dengan cara di
filter untuk mendapatkan larutan aluminium. Kemudian, Larutan ditambahkan lagi
dengan HCl 6 M sampai pH netral (pH 7) dan
didiamkan selama 24 jam. Hal ini dilakukan untuk mengedapkan Aluminium seperti
yang ditunjukan pada Gambar 2. Pada kondisi ini akan terbentuk
endapan warna putih (AlCl3) dan dipisahkan dengan cara di saring
dan cuci dengan akuademineralisata untuk melarutkan NaCl.
Endapan putih yang terbentuk
dikering seperti yang ditunjukan pada Gambar 4.6. hasil pengeringan pada suhu
105 oC selama 2 jam untuk menghilangkan kandungan air. Kemudian
dikalsinasi pada suhu 550, 650, dan 750 oC.
Gambar 4. Hasil pengeringan pada suhu 105 oC selama 2 jam
Jadi, pada pemisahan alumina dengan besi dan silika menggunakan metode
presipitasi dari zeolit alam Sumbawa memiliki persentase
alumina sebesar 89.80%, sehingga sangat potensial sebagai bahan dasar sintesis
ɣ-Al2O3. Selain itu
pemisahan dilakukan dengan relatif mudah karena pengujian dapat dilakukan pada
skala lab.
Bolehkan saya menanyakan beberapa pertanyaan?
BalasHapus1. Di daerah manakah saya bisa mendapatkan zeolit alam Sumbawa?
2. Berdasarkan hasil karakterisasi yang sudah dilakukan (XRD dan XRF), tergolong kelas apakah zeolit alam yang anda teliti?
Terima kasih.. :)